TIMES LAMPUNG, PANGANDARAN – Kebutuhan pokok masyarakat yang dijual di pasar tradisional Kabupaten Pangandaran saat ini sebagian besar masih dipasok dari Kabupaten Garut dan Jawa Tengah.
Kebutuhan pokok tersebut di antaranya pasokan pangan seperti sayuran dan daging serta telur ayam. Ketersediaan pokok pangan yang diproduksi oleh petani di Pangandaran sendiri belum mampu menutupi kebutuhan masyarakat.
Hasil pertanian bercocok tanam masyarakat Pangandaran hanya mampu untuk menutupi kebutuhan konsumsi harian keluarga.
Kepala Dinas Koperasi UKM Perdagangan Dan Perindustrian Kabupaten Pangandaran Tedi Garnida mengatakan, ditengah kondisi ekonomi yang kurang baik, komoditas pangan menjadi pilihan untuk usaha.
"Kebutuhan masyarakat terhadap bahan pokok tidak pernah berkurang, bahkan terus meningkat," kata Tedi, Jumat (4/7/2025).
Berikut data jenis kebutuhan pokok masyarakat antara ketersediaan dan kebutuhan :
- Beras Medium ketersediaan 9.120 kilogram, kebutuhan 8.880 kilogram.
- Beras Premium ketersediaan 1.560 kilogram, kebutuhan 1.440 kilogram.
- Kedelai ketersediaan 3.600 kilogram, kebutuhan 3.150 kilogram.
- Bawang Merah ketersediaan 6.450 kilogram, kebutuhan 6.300 kilogram.
- Bawang Putih ketersediaan 6.600 kilogram, kebutuhan 6.450 kilogram.
- Cabai Besar ketersediaan 8.650 kilogram, kebutuhan 7.800 kilogram.
- Cabai Rawit ketersediaan 6.800 kilogram, kebutuhan 6.450 kilogram.
- Daging Sapi/Kerbau ketersediaan 2.280 kilogram, kebutuhan 1.860 kilogram.
- Daging Ayam Ras ketersediaan 12.600 kilogram, kebutuhan 12.450 kilogram.
- Telur Ayam Ras ketersediaan 18.000 kilogram, kebutuhan 17.750 kilogram.
- Gula Pasir ketersediaan 6.820 kilogram, kebutuhan 6.380 kilogram.
- Minyak Goreng ketersediaan 11.570 kilogram, kebutuhan 11.440 kilogram.
Tedi menambahkan, tingginya kebutuhan bahan pokok tersebut bisa dimanfaatkan sebagai potensi usaha karena yang dibutuhkan hanya modal keuletan dan proses waktu tanam hingga panen.
"Namun harga kebutuhan pokok selalu fluktuatif karena berkaitan dengan kondisi cuaca," tambahnya.
Contoh ketika musim kemarau, harga tomat murah karena pertumbuhannya bagus dan hasil produksinya banyak. Tetapi ketika musim hujan, harga tomat mahal karena pertumbuhannya buruk dan hasil produksinya sedikit. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Minim Suplai Lokal, Kebutuhan Pokok Masyarakat Pangandaran Masih Dipasok dari Luar Daerah
Pewarta | : Syamsul Ma'arif |
Editor | : Ronny Wicaksono |